I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Suatu penelitian, khususnya penelitian
yang dimaksudkan untuk menarik generalisasi (menarik kesimpulan umum yang
berlaku bagi suatu populasi), sangat berkepentingan dan permasalahan sampel;
permasalahan tentang bagaimana mengambil sampel dari suatu populasi, sehingga
hasil-hasil penelitian terhadap sampel dapat melahirkan kesimpulan yang berlaku
umum bagi seluruh populasi.[1]
Salah satu bagian dalam penelitian
adalah menentukan popolasi dan sampel penelitian. Kegiatan penelitian banyak
dilakukan dengan menggunakan penarikan sampel, karena dibandingkan metode
sensus penarikan sampel lebih praktis, hemat biaya, dan tidak banyak menyita
waktu maupun tenaga. Penentuan sampel dari suatu populasi, disebut sebagai
penarikan sampel.[2]
Setiap penelitian ilmiah berhadapan
dengan masalah sumber data yang disebut populasi dan sampel. Sumber data yang
tidak tepat, mengakibatkan data yang terkumpul menjadi tidak relevan yang dapat
menimbulkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan. Penelitian yang mempergunakan
populasi dan sampel yang keliru tidak banyak artinya bagi pemecahan masalah
yang dihadapi, bahkan akan menimbulkan masalah-masalah baru dipergunakan
melakukan tindakan praktis.[4]
Dengan demikian, bahwa persoalan
populasi dan sampel dalam suatu penelitian, bukanlah suatu persoalan yang remeh
bilamana diharapkan memperoleh hasil yang valid. Untuk itu, penting untuk
dikaji permasalahan ini sebagai upaya untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif
tentang populasi dan sampel penelitian dan tujuannya dalam upaya mendapatkan
hasil penelitian yang dapat dipercaya.
B. Rumusan
Masalah
Dari
deskripsi yang dikemukakan pada latar belakang, dapat dikemukakan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan populasi
penelitian?
2. Apakah yang dimaksud dengan sampel
penelitian?
3. Apakah alasan pengambilan sampel
penelitian?
4. Bagaimana hubungan antara sampel
dengan populasi?
5. Bagaimana prosedur pengambilan
sampel penelitian?
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Populasi Penelitian
Kata populasi berasal dari bahasa
Inggris yaitu population yang berarti jumlah penduduk.[5]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, populasi
berarti: seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah; jumlah orang atau
pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang sama; jumlah penghuni baik manusia maupun
makhluk hidup lainnya pada suatu ruang tertentu.[6]
Populasi dalam istilah statistik khususnya yang berkenaan dengan penelitian
adalah keseluruhan subyek penelitian.[7]
Populasi dalam setiap penelitian
harus disebutkan secara tersurat yang berkenaan dengan besarnya anggota
populasi serta penelitian yang dicakup. Tujuan diadakannya populasi ialah agar
dapat ditentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan
membatasi berlakunya daerah generalisasi.
Populasi merupakan suatu “universe”,
yakni wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya. Populasi tidak hanya berupa orang,
tetapi bisa juga berupa benda yang lainnya. Ditinjau dari banyaknya anggota
populasi, maka populasi terdiri atas: 1) populasi terbatas, dan 2) populasi tak
terbatas. Ditinjau dari sifatnya, maka populasi dapat bersifat 1) homogen, dan
2) heterogen. Populasi yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel
total atau sensus. Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi
relatif kecil. Untuk anggota populasi yang relatif besar, maka diperlukan
mengambil sebagian anggota populasi yang dijadikan sampel.[8]
Jadi, dari pembahasan tersebut dapat dipahami, bahwa populasi adalah
keseluruhan obyek yang akan diteliti,
B. Pengertian
Sampel Penelitian
Kata
sampel juga berasal dari bahasa Inggris yaitu sample yang berarti
contoh.[9]
Sampel dalam penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[10]
Perlu dibedakan di sini, istilah sampel dan sampling. Sampel merupakan bagian
dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dari suatu penelitian. Adapun
sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel.
Sampel
adalah bagian dari populasi yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk diamati, sehingga
sampel ukurannya lebih kecil dibandingkan populasi dan berfungsi sebagai wakil
dari populasi.[11] Jadi,
sampel adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dianggap representatif.
C. Alasan Pengambilan Sampel Penelitian
Setiap
penelitian yang dimaksudkan untuk menarik generalisasi, mau tidak mau, akan
berhadapan dengan masalah pemilihan dan pengambilan sampel. Dalam hubungan ini,
pemilihan sesuatu teknik masalah bisa dinalar kesesuaiannya dengan
karakteristik populasi yang hendak diteliti. Pengambilan sampel secara random
yang dapat diperhatikan tingkat keakuratan sehingga berlakunya kesimpulan
terhadap populasi dari sampel yang diambil. Karenanya, teknik-teknik non
random, hanya relevan digunakan untuk yang bersifat eksplorasi atau penjajakan;
bukan untuk menarik inferensi terhadap populasi.
Mengenai
kememadaian jumlah (adequency) dari suatu sampel, pada prinsipnya,
semakin besar jumlah sampel akan semakin kecil kemungkinan kesalahan inferensi
yang dikarenakan kesalahan sampel; faktor variabilitas atau tingkat
heterogonitas populasi ikut mempengaruhi kemungkinan kesalahan sampel, dan
karenanya, semakin heterogen suatu populasi semakin besar pula jumlah sampel
yang sebaiknya diambil.
Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan
maksud meng-hemat waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh
anggota populasi. Bila peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja
(sampel), pertanyaan yang selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang
memenuhi syarat. Ada hukum
statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel
semakin menggambarkan keadaan populasi.[12]
Biarpun
demikian, ukuran besarnya sampel bukanlah pertimbangan satu-satunya untuk bisa
menjamin ketepatan dan keakuratan inferensi. Representatif tidaknya sampel,
berdasarkan sifat atau ciri populasi, tetapi merupakan pertimbangan terpenting
dalam memilih sampel. Sampel yang besar, akan tetapi kurang mempertimbangkan
representasi sifat-sifat atau ciri-ciri populasi sangat mungkin melahirkan.[13]
Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula
penentuan jumlah sampel dikaji dari karakteristik populasi. Bila populasi
bersifat homogen maka tidak dituntut sampel yang jumlahnya besar. Misalnya saja
dalam pemeriksaan golongan darah.
Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat
dianjurkan, dengan pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti,
sehingga peneliti berusaha mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan
statistika tetap terpenuhi sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael.
Dengan menggunakan rumus tertentu, Isaac dan Michael memberikan hasil akhir
jumlah sampel terhadap jumlah populasi antara 10 – 100.000.[14]
Dari
keterangan di atas, karakteristik populasi merupakan hal yang penting untuk
dipertimbangkan di samping kememadaian jumlahnya dalam pengambilan sampel.
D. Hubungan
antara Sampel dan Populasi
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel
jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang
akan diteliti. Populasi dan sampel pada prinsipnya sama dari beberapa sisi
aspek kuantitatifnya berbeda, tetapi secara kualitatif harus sama dengan artian
bahwa sampel harus representatif mampu mewakiliki populasi yang ada. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus.
Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus
melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti
keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian
dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus
antara lain adalah,(a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya
tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu penelitian,
biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti
sebagian dari elemen penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan
terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi – misalnya,
karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan
mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan.[15]
Demikian pula jika elemen populasi homogen, penelitian terhadap seluruh
elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal, misalnya untuk meneliti
kualitas jeruk dari satu pohon jeruk Agar hasil penelitian yang dilakukan
terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili
karakteristik populasi, maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara
seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik
pengambilan sampel . Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian,
atau benda, yang dijadikan obyek penelitian. Jika yang ingin diteliti adalah
sikap konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah seluruh konsumen
produk tersebut. Jika yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan “X”,
maka populasinya adalah keseluruhan laporan keuangan perusahaan “X” tersebut,
Jika yang diteliti adalah motivasi pegawai di departemen “A” maka populasinya
adalah seluruh pegawai di departemen “A”. Jika yang diteliti adalah efektivitas
gugus kendali mutu (GKM) organisasi “Y”, maka populasinya adalah seluruh GKM
organisasi “Y” Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi
terdapat 30 laporan keuangan, maka setiap laporan keuangan tersebut adalah
unsur atau elemen penelitian. Artinya dalam populasi tersebut terdapat 30
elemen penelitian. Jika populasinya adalah pabrik sepatu, dan jumlah pabrik
sepatu 500, maka dalam populasi tersebut terdapat 500 elemen penelitian.
E. Prosedur
Pengambilan Sampel Penelitian
Teknik penarikan sampel pada
hakikatnya untuk memperkecil kesalahan generalisasi dari sampel ke populasi.
Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang representatif, artinya
sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.
Dalam penentuan sampel ada empat
yang harus dipertimbangkan untuk menentukan besarnya sampel yang diambil,
sehinga dapat diperoleh gambaran yang representatif dari populasinya. Keempat
faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu: Pertama, tingkat keseragaman
dari populasi. Semakin homogen populasi ini, semakin kecil sampel yang diambil.
Kedua, tingkat presisi (ketepatan, ketelitian) yang dihendaki dalam
penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki semakin besar anggota
sampel yang harus diambil. Karena semakin besar sampel akan semakin kecil
penyimpangan terhadap nilai populasi yang didapat. Ketiga, rencana
analisis dikaitkan dengan kebutuhan untuk analisis. Kadang-kadang besarnya
sampel masih belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin diperlukan
sampel yang lebih besar. Keempat, teknik penentuan sampel yang
digunakan. Penentuan ukuran sampel dipengaruhi oleh teknik penentuan sampel
yang digunakan. Jika teknik yang digunakan tepat atau representatif, maka
sampel juga terjaga. Teknik ini juga tergantung pada biaya, tenaga, dan waktu
yang disediakan.[16]
Dalam persoalan teknik sampling dapat juga dijumpai beberapa
pembagian yang berbeda-beda, walaupun pada dasarnya bertolak dari asumsi yang
sama. Asumsi pokoknya adalah bahwa teknik sampling harus secara maksimal
memungkinkan diperolehnya sampel yang representatif.
Mengenai teknik pengambilan sampel,
pada dasarnya ada dua, yaitu :
1.
Rancangan sampel probabilitas (probability sampling design)
2.
Rancangan sampel non probabilitas (non probability sampling design)
kedua jenis rancangan tersebut akan
dipaparkan secara terinci sebagai berikut:
1. Rancangan Sampel Probabilitas Beserta Teknik-tekniknya
Rancangan sampel Probabilitas
disebut juga dengan rancangan sampel secara random. Dikatakan sampel
Probabilitas, karena unit-unit sampelnya dipilih dengan mengikuti hukum
Probabilitas. Menurut hukum Probabilitas masing-masing warga populasi mempunyai
peluang dan kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dari suatu
populasi yang jumlah warganya 1000 setiap warganya mempunyai peluang 1/1000
untuk dipilih sebagai sampel.
Agar setiap warga populasi mempunyai
peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel, maka pengambilannya haruslah
dengan teknik random atau acak. Dalam hubungannya dengan teknik random
tersebut, jenis-jenisnya ialah :
1. Teknik
random sederhana
2. Teknik
random atas dasar strata
3. Teknik
random bertahap-tahap atas dasar strata
4. Teknik
random atas dasar himpunan.[17]
a. Teknik
Random Sederhana
Teknik sampling ini dalam
pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subyek-subyek di dalam populasi,
sehingga semua subyek dianggap sama. Dengan demikian, maka penelitian memberi
hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi
sampel.[18]
Oleh karena itu, peneliti harus melepaskan, diri dari perasaan ingin
mengistimewakan satu atau beberapa subyek untuk dijadikan sampel.
Cara sampel random ini adalah setiap
subyek yang terdaftar sebagai populasi diberi nomor urut mulai dari 1 (satu)
sampai banyak subyek. Kemudian sampel random dilakukan baik dengan cara undian
atau dengan menggunakan tabel bilangan random.
b. Teknik
Random atas Dasar Strata
Populasi distratakan terlebih
dahulu; stratanya disesuaikan dengan sifat-sifat atau ciri-ciri sesuatu
populasi. Cara mendapatkan warga sampel dilakukan dengan jalan undian, atau
menggunakan tabel bilangan random.[19]
c. Teknik
Random Bertahap atas Dasar Strata
Populasinya distratakan lebih
dahulu, stratanya disesuaikan dengan sifat-sifat atau ciri-ciri sesuatu
populasi, dan pemilihan sampel dilakukan secara bertahap. Cara memilih sampel
dalam setiap tahap tadi, bisa dengan jalan undian atau dengan menggunakan tabel
bilangan random.[20]
d. Teknik
Random atas Dasar Himpunan
Terlebih dahulu populasi dibagi atas
dasar-dasar himpunan di mana populasi tersebut menyebar. Dalam hubungan ini
yang dirandom adalah himpunannya. Sesuatu himpunan yang terpilih sebagai
sampel, keseluruhan warganya menjadi sampel penelitian. Cara merandom untuk
mendapatkan himpunan-himpunan yang menjadi sampel, bisa dengan jalan undian dan
bisa juga dengan menggunakan tabel bilangan random.[21]
2. Rancangan Sampel Non Probabilitas Beserta Teknik-tekniknya
Rancangan sampel non probabilitas
disebut juga dengan rancangan non random. Rancangan pengambilan sampel yang
tidak menggunakan random. Karena itu, tidak didasarkan atas hukum probabilitas.
Teknik pengambilan sampel yang termasuk dalam rancangan ini adalah :[22]
a. Teknik
Pengambilan Sampel Purposif
Sampel purposif dilakukan dengan
cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini dilakukan karena beberapa
pertimbangan. Misalnya, karena alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana
sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Peneliti boleh
menentukan sampel ini, tetapi peneliti konsisten dengan memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan.[23]
Sampling yang purposif adalah sampel
yang dipilih dengan cermat sehinga relevan dengan desain penelitian. Di samping
itu, penelitian berusaha agar dalam sampel terdapat wakil-wakil dari lapisan
populasi. Dengan demikian, diusahakan agar sampel itu memiliki yang esinsial
dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Oleh karena itu,
sampel ini di samping mempunyai keuntungan, tetapi juga mempunyai kelemahan.[24]
b.
Teknik Pengambilan Sampel Aksidental
Sampel aksidental adalah sampel yang
diambil dari siapa saja yang kebetulan ada. Misalnya menanyakan siapa saja
dijumpainya di jalan untuk meminta pendapat mereka tentang sesuatu. Karena
sampel ini sama tidak representatif. Oleh karena tak mungkin diambil satu
kesimpulan yang bersifat generalisasi.[25]
c.
Teknik Pengambilan Sampel Quota
Sampling quota adalah metode memilih
sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau quota yang
diinginkan. Dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan, akan tetapi
diklasifikasi dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah
atau quotum tertentu pada setiap kelompok yang seolah-olah berkedudukan
masing-masing sebagai sub populasi. Pengumpulan data dilakukan langsung pada
unit sampling. Setelah jatahnya untuk setiap kelompok atau sub populasi
terpenuhi, pengumpulan data dihentikan.[26]
Metode ini mempunyai keuntungan, tetapi juga mempunyai kelemahan.[27]
III. PENUTUP
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian dan sampel adalah wakil populasi yang diteliti.
2. Sampel adalah bagian dari populasi
yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk diamati, sehingga sampel ukurannya
lebih kecil dibandingkan populasi dan berfungsi sebagai wakil dari populasi.
3. Karakteristik populasi merupakan hal
yang penting untuk dipertimbangkan di samping kememadaian jumlahnya dalam
pengambilan sampel.
4. Sampel
adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada
populasi. Populasi dan sampel pada prinsipnya sama dari beberapa sisi
aspek kuantitatifnya berbeda, tetapi secara kualitatif harus sama dengan artian
bahwa sampel harus representatif mampu mewakiliki populasi yang ada..
5. Dalam penentuan sampel ada empat
yang harus dipertimbangkan untuk menentukan besarnya sampel yang diambil,
sehinga dapat diperoleh gambaran yang representatif dari populasinya, yaitu: 1)
Tingkat keseragaman dari populasi. Semakin homogen populasi ini, semakin kecil
sampel yang diambil, 2) Tingkat presisi (ketepatan, ketelitian) yang dihendaki
dalam penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki semakin besar
anggota sampel yang harus diambil. Karena semakin besar sampel akan semakin
kecil penyimpangan terhadap nilai populasi yang didapat, 3) Rencana analisis
dikaitkan dengan kebutuhan untuk analisis. Kadang-kadang besarnya sampel masih
belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin diperlukan sampel yang
lebih besar, dan 4) Teknik penentuan sampel yang digunakan. Teknik pengambilan
sampel, pada dasarnya ada dua, yaitu: 1) Rancangan sampel probabilitas (probability
sampling design), dan 2) Rancangan sampel non probabilitas (non probability
sampling design)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Bina Aksara, 1983.
Departemen Agama Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. IV; Jakarta:
Balai Pustaka, 1995.
Echols, M. John dan Hasan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Cet. XXII; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1996.
Faisal, Sanapiah. Format Penelitian Sosial.
Cet. IV; Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1999.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jilid I. Cet. X; Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,
1980.
Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Edisi III. Cet. VIII; Yogyakarta: Rakesarasin, 1998.
Nasution, S. Metode Research. (Penelitian Ilmiah).
Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Cet.
VIII; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995.
Nurhayati, Siti. Metode Penelitian Praktis. Pekalongan:
Usaha Nasional, 2012.
Sekaran,
Uma. Metodelogi Penelitian untuk Bisnis, alih bahasa Kwan Men Yon. Jakarta,
Salemba Empat, 1992.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2004.
Sukmadinata, Nana
Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi
Penelitian Sosial. Cet. II; Jakarta: Bumi Akasara, 1998.
Warsito, Hermawan. Pengantar Metodologi
Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1992.
[2]Nana Syaodih Sukmadinata. Metode
Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.
251.
[3]Noeng Muhajir, Metodologi
Penelitian Kualitatif, Edisi III (Cet. VIII; Yogyakarta: Rakesarasin,
1998), h. 27.
[4]Hadari Nawawi, Metode
Penelitian Bidang Sosial (Cet. VIII; Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1995), h. 140.
[5]John M. Echols dan Hasan
Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Cet. XXII; Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1996), h. 438.
[6]Departemen Agama Pendidikan
dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Cet. IV; Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), h. 782.
[7]Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1983), h.
102.
[8]Husaini Usman dan Purnomo
Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Cet. II; Jakarta: Bumi
Akasara, 1998), h. 43.
[9]John M. Echols dan Hasan
Shadily, Kamus Inggris Indonesia, h. 499.
[10]Sutrisno Hadi, Metodologi
Research Jilid I (Cet. X; Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1980), h.
75.
[11]Siti Nurhayati, Metode
Penelitian Praktis (Pekalongan: Usaha Nasional, 2012), h. 36.
[12]Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi
dan Praktiknya (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,
2004), h. 55.
[13]Sanapiah Faisal, Format
Penelitian Sosial, h. 71.
[14]Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi
dan Praktiknya, h. 55-56.
[15]Uma Sekaran, Metodelogi Penelitian untuk Bisnis, alih bahasa Kwan
Men Yon (Jakarta, Salemba Empat, 1992), h. 42.
[16]Hermawan Warsito, Pengantar
Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 52.
[17]Sanapiah Faisal, Format
Penelitian Sosial, h. 58-59.
[18]S. Nasution, Metode
Research (Penelitian Ilmiah) (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 88.
[19]Sanapiah Faisal, Format
Penelitian Sosial, h. 64.
[20]Sanapiah Faisal, Format
Penelitian Sosial, h. 65.
[21]Sanapiah Faisal, Format
Penelitian Sosial, h. 66.
[22]Sanapiah Faisal, Format
Penelitian Sosial, h. 67.
[23]Syarat-syaratnya antara
lain: a) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan subyek yang paling banyak mengandung
ciri-ciri pokok populasi, b) Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar
merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada
populasi, c) penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam
studi pendahuluan. Lihat Sanapiah Faisal, Format Penelitian Sosial, h.
113.
[24]Keuntungan sampel semacam
ini ialah bahwa sampel itu dipilih sedemikian rupa, sehingga relevan dengan
desain penelitian. Selain itu, cara ini relatif mudah dan murah untuk
dilaksanakan. Sampel yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan
peneliti dapat didekati. Sedangkan kelemahannya ialah tidak ada jaminan
sepenuhnya bahwa sampel tersebut representatif. Kriteria yang digunakan atas
pertimbangan penelitian harus didasarkan atas pengetahuan yang mendalam tentang
populasi agar dapat dipertanggungjawabkan. Sekalipun demikian, pertimbangan itu
tidak bebas dari unsur subyektifitas. Lihat S. Nasution, Metode Research
(Penelitian Ilmiah), h. 99.
[25]Hadari Nawawi, Metode
Penelitian Bidang Sosial, h. 156.
[26]Hadari Nawawi, Metode
Penelitian Bidang Sosial, h. 157.
[27]Keuntungan metode ini ialah
bahwa melaksanakannya mudah, murah dan cepat. Hasilnya berupa kesan-kesan umum
yang masih kasar yang tak dapat dianggap sebagai generalisasi umum. Dalam
sampel dapat dengan sengaja dimasukkan orang-orang yang mempunyai ciri-ciri
yang diinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah ada kecenderungan memilih orang
yang mudah didekati, bahkan yang dekat pada si peneliti yang mungkin ada
biasnya dan memiliki ciri yang tidak dimiliki populasi dalam keseluruhannya. Ciri-ciri
yang dipilih dalam penggolongan sampel tidak berdasarkan ciri-ciri yang
esensial dari populasi. Lihat S. Nasution, Metode Research (Penelitian
Ilmiah), h. 97-98.
No comments:
Post a Comment