Thursday, February 16, 2017

BAHAN AJAR: MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013 TAHUN 2016



A.      Deskripsi Singkat
Mata pendidikan dan pelatihan (mata diklat) ini menjelaskan konsep dan langkah-langkah dalam setiap model-model pembelajaran dan penerapannya sesuai dengan kompetensi dasar
B.     Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep dan langkah-langkah dalam setiap model-model pembelajaran dan penerapannya sesuai dengan kompetensi dasar
C.     Pokok Bahasan
1.      Pengertian dan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan scientifik
2.      Pengertian dan langkah-langkah Problem-Based Learning
3.      Pengertian dan langkah-langkah Project-based Learning
4.      Pengertian dan langkah-langkah Inquiry Learning
5.      Pengertian dan langkah-langkah Discovery Learning
6.      Penerapan pendekatan dan model-model pembelajaran sesuai dengan KD.
 D. Materi
Proses pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah (untuk pelaksanaan Kurikulum 2013) diatur melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 beserta lampirannya (Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran). Dalam lampiran Peraturan Menteri tersebut dinyatakan tentang konsep dasar mengenai proses pembelajaran yaitu bahwa peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Selanjutnya, agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.
        Berdasarkan konsep dasar tersebut sejumlah prinsip pembelajaran yang dirumuskan adalah:
1.      Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
2.      Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;
3.      Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;
4.      Pembelajaran berbasis kompetensi;
5.      Pembelajaran terpadu;
6. Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multidimensi;
7.      Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
8.   Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills;
9.    Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha), membangun kemauan (ing madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11.  Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
12.  Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
13.  Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan
14.  Suasana belajar yang menyenangkan dan menantang.
Sejalan dengan konsep dasar dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut, pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Selain itu dapat diterapkan model-model pembelajaran lainnya, antara lain discovery learning, project-based learning, problem-based learning, dan inquiry learning.
1.   Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima langkah kegiatan belajar yakni mengamati (observing), menanya  (questioning), mengumpulkan informasi/ mencoba (experimenting), menalar atau mengasosiasi (associating), mengkomunikasikan (communicating) yang dapat dilanjutkan dengan mencipta. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik tersebut mengikuti langkah-langkah pada metode ilmiah. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
a.    Mengamati.
Peserta didik menggunakan panca inderanya untuk mengamati fenomena yang relevan dengan apa yang dipelajari. Fenomena yang diamati pada mata pelajaran satu dan lainnya berbeda. Misalnya, untuk mata pelajaran IPA, peserta didik mengamati pelangi, untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, peserta didik mendengarkan percakapan, untuk mata pelajaran bahasa Indonesia peserta didik membaca teks, untuk prakarya peserta didik mencicipi iga bakar, untuk mata pelajaran IPS peserta didik mengamati banjir, dan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, peserta didik mendengarkan lantunan ayat-ayat Alquran. Peserta didik dapat mengamati fenomena secara langsung maupun melalui media audio visual. Hasil yang diharapkan dari langkah pembelajaran ini adalah peserta didik menemukan masalah, yaitu gap of knowledge – apa pun yang belum diketahui atau belum dapat lakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pada langkah ini guru dapat membantu peserta didik menginventarisasi segala sesuatu yang belum diketahui (gap of knowledge) tersebut. Agar kegiatan mengamati dapat berlangsung dengan baik, sebelum pembelajaran dimulai guru perlu menemukan/mempersiapkan fenomena yang diamati peserta didik dan merancang kegiatan pengamatan untuk peserta didik menemukan masalah.
b.    Menanya
Peserta didik merumuskan pertanyaan tentang apa saja yang tidak diketahui atau belum dapat lakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat mencakup pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa  pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural, sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian pertanyaan peserta didik yang relevan dengan indikator-indikator KD. Guru Membantu peserta didik merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu/ingin diketahui agar dapat melakukan/menciptakan sesuatu.
c.    Mengumpulkan informasi/mencoba
Peserta didik mengumpulkan data melalui berbagai teknik, misalnya melakukan eksperimen, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber, membaca buku pelajaran, dan sumber lain di antaranya buku referensi, kamus, ensiklopedia, media massa, atau serangkaian data statistik. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, lembar kerja (worksheet), media, alat peraga/peralatan eksperimen, dan sebagainya. Guru juga membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk mengisi lembar kerja, menggali informasi tambahan yang dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai peserta didik memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian data atau informasi yang relevan dengan pertanyaan-pertanyaan yang peserta didik rumuskan.
d.    Menalar/mengasosiasi
Peserta didik menggunakan data atau informasi yang sudah dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan. Pada langkah ini guru mengarahkan agar peserta didik dapat menghubung-hubungkan data/informasi yang diperoleh untuk menarik kesimpulan. Hasil akhir dari tahap ini adalah simpulan-simpulan yang merupakan jawaban atas  pertanyaan yang dirumuskan pada langkah menanya.
e.    Mengomunikasikan
Peserta didik menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan mereka ke kelas secara lisan dan/atau tertulis atau melalui media lain. Pada tahapan pembelajaran ini peserta didik dapat juga memajang/memamerkan hasilnya di ruang kelas, atau mengunggah (upload) di  blog yang dimiliki. Guru memberikan umpan balik, meluruskan, memberikan penguatan, serta memberikan penjelasan/informasi lebih luas. Guru membantu peserta didik untuk menentukan butir-butir penting dan simpulan yang akan dipresentasikan, baik dengan atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi.

2.    Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran ini berbeda dengan pembelajaran konvensional yang jarang menggunakan masalah nyata atau menggunakan masalah nyata hanya di tahap akhir pembelajaran sebagai penerapan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Pemilihan masalah nyata tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar.
Berikut adalah langkah-langkah proses pembelajaran yang diadaptasi dari pendapat Arends (2012) dan Fogarty (1997).
Tabel 4 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap
Deskripsi
Tahap 1
Orientasi terhadap masalah
Guru menyajikan masalah nyata kepada peserta didik.
Tahap 2
Organisasi belajar
Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah nyata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Tahap 3
Penyelidikan individual maupun kelompok
Guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan data/informasi (pengetahuan, konsep, teori) melalui berbagai macam cara untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah.
Tahap 4
Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah
Guru membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang peserta didik temukan. Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk gagasan, model, bagan, atau Power Point slides.
Tahap 5
Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan.
Berikut adalah beberapa contoh masalah nyata yang dapat digunakan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

“Setiap muslim di Indonesia sudah mendapatkan pendidikan tentang Islam sejak dini (secara informal) di keluarga yang kemudian disusul dengan pendidikan formal di sekolah mulai SD hingga perguruan tinggi. Sebagai muslim yang baik seharusnya setiap muslim memiliki pemahaman yang cukup dan benar tentang Islam, termasuk dalam hal Alquran, hadis, dan hasil-hasil ijtihad para ulama yang berisikan semua ajaran Islam baik yang pokok (mendasar) maupun yang lebih luar (kompleks). Kenyataannya tidak semua muslim memiliki pemahaman yang cukup tentang ajaran Islam, sehingga banyak yang tidak tahu tentang ajaran Islam yang sebenarnya, bahkan untuk membaca Alquran saja masih banyak yang tidak mampu, atau sudah bisa tetapi belum baik dan benar, apalagi memahami isinya dan mengamalkannya. Masalah terkait Alquran ini masalah mendasar dan menjadi masalah umum di kalangan umat Islam yang hingga sekarang belum terpecahkan. Bagaimana menyelesaikan masalah tersebut?”

3.    Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil proyek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini memperkenankan peserta didik untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam menghasilkan produk nyata.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
Langkah-langkah
Deskripsi
Langkah -1
Penentuan proyek
Guru bersama dengan peserta didik menentukan tema/topik proyek
Langkah -2
Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek
Guru memfasilitasi Peserta didik untuk merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek beserta pengelolaannya

Langkah -3
Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek
Guru memberikan pendampingan kepada peserta didik melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya
Langkah -4
Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru
Guru memfasilitasi dan memonitor  peserta didik dalam melaksanakan  rancangan proyek yang telah dibuat
Langkah -5
Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek
Guru memfasilitasi Peserta didik untuk mempresentasikan dan mempublikasikan hasil karya
Langkah -6
Evaluasi proses dan hasil proyek
Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek

4.    Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan peserta didik berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh karena itu, dalam proses perencanaan pembelajaran, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Pembelajaran adalah proses memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa), secara sistematis, kritis, logis, dan analitis.
Karakteristik dari Pembelajaran Inkuiri adalah:
a.    Menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
b.    Pengetahuan dibangun oleh peserta didik melalui proses pencarian.
c.    Peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik dalam belajar.
d.    Menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk merumuskan kesimpulan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri
Tahap
Deskripsi
Tahap 1
Orientasi
Guru mengkondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaran, menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai oleh peserta didik, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan, menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar, hal ini dapat dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar peserta didik.
Tahap 2
Merumuskan masalah
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik untuk merumuskan dan memahami masalah nyata yang telah disajikan.
Tahap 3
Merumuskan hipotesis
Guru membimbing peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis dengan cara menyampaikan  berbagai pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
Tahap 4
Mengumpulkan data
Guru membimbing peserta didik dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
Tahap 5
Menguji hipotesis
Guru membimbing peserta didik dalam proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang diberikan.
Tahap 6
Merumuskan kesimpulan
Guru membimbing peserta didik dalam proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.

5.    Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah pembelajaran untuk menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal melalui pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Karakteristik dari Discovery Learning:
a.    Peran guru sebagai pembimbing;
b.    Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan;
c. Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan, mengategorikan, menganalisis, serta membuat   kesimpulan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Langkah-langkah Discovery Learning
Tahap
Deskripsi
Tahap 1
Persiapan
Guru Menentukan tujuan pembelajaran, identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya  belajar, dan sebagainya)

Tahap 2
Stimulasi/pemberian rangsangan
Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan
Tahap 3
Identifikasi masalah
Guru Mengidentifikasi  sumber belajardan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
Tahap 4
Mengumpulkan data
Guru Membantu peserta didik  mengumpulan  dan  mengeksplorasi  data.
Tahap 5
Pengolahan data
Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya
Tahap 6
Pembuktian
Guru membimbing peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil
Tahap 7
Menarik kesimpulan
Guru membimbing peserta didik merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

Contoh Penggunaan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kompetensi Inti 1 (Sikap Spiritual)
1.    Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
Kompetensi Dasar: 1.1 Terbiasa membaca Alquran dengan meyakini bahwa Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu.
Kompetensi Inti 2 (Sikap Sosial)
2.    Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
Kompetensi Dasar: 2.1 Menunjukkan perilaku semangat menuntut ilmu sebagai implementasi Q.S. al-Mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Rahmān /55: 33 dan hadis terkait.
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan)
3.   Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
Kompetensi Dasar: 3.1  Memahami Q.S. al-Mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Rahmān /55: 33  serta hadis terkait tentang menuntut ilmu.
Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
4.   Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar:
4.1.1 Membaca Q.S. al-Mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Rahmān /55: 33  dengan tartil.
4.1.2 Menunjukkan hafalan Q.S. al-Mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Rahmān /55: 33.
4.1.3 Menyajikan keterkaitan semangat menuntut ilmu dengan pesan Q.S. al-Mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Rahmān /55: 33.
Contoh model pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Pendekatan Saintifik, terutama pada kegiatan inti bisa dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8 Contoh Model Pendekatan Saintifik pada Mapel PAI dan Budi Pekerti
Tahap
Deskripsi Kegiatan
Tahap 1
Mengamati

·      Peserta didik secara mandiri mengamati gambar-gambar di buku peserta didik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP kelas VII dan tayangan video tentang berbagai perilaku sehari-hari umat Islam baik yang mengamalkan isi kandungan Alquran atau sebaliknya.
·      Peserta didik mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, khususnya Q.S. al-Mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Rahmān /55: 33, dan hadis terkait  dengan tartil dari guru atau salah satu peserta didik yang dilanjurkan uraian secara singkat dari guru tentang hukum bacaannya, terjemahnya, dan isi kandungannya.
·      Peserta didik diminta untuk mencermati bacaan Q.S. al-Mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Rahmān /55: 33, dan hadis terkait serta isi kandungannya agar dapat merumuskan beberapa permasalahan terkait dengan bacaan atau isi kandungannya.
Tahap 2
Menanya

·     Setelah mencermati permasalahan otentik, peserta didik diminta berdiskusi dalam kelompok untuk merumuskan beberapa pertanyaan terkait dengan bacaan Alquran, terjemah Alquran, isi kandungan Alquran, pembelajaran Alquran, dan berbagai perilaku umat Islam yang menunjukkan pengamalan Alquran.
·     Berdasarkan permasalahan tersebut, peserta didik diminta merumuskan hipotesis (jawaban-jawaban sementara) untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan Alquran tersebut.
Tahap 3
Mengumpulkan informasi/
mencoba

·      Peserta didik secara mandiri membaca buku peserta didik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/MTs dan buku-buku referensi lain yang mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya Q.S. al-Mujādilah /58: 11, Q.S. ar-Rahmān /55: 33,  dan hadis terkait, untuk mendapatkan informasi tentang berbagai hal terkait dengan permasalahan Alquran yang akan ditemukan jawabannya.
·      Peserta didik secara berkelompok mencari informasi yang lebih luas tentang permasalahan yang harus dijawab, yakni: (1) membaca Alquran dan hadis dengan benar; (2) menerjemahkan Alquran dan hadis dengan benar; (3) menjelaskan isi kandungan Alquran dan hadis; dan (4) mengamalkan isi kandungan Alquran dan hadis dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap 4
Menalar/mengasosiasi

·      Peserta didik dalam kelompoknya masing-masing mencermati data dan informasi terkait dengan permasalahan Alquran tersebut, lalu mendiskusikannya dengan peserta didik yang lain juga dengan guru untuk menemukan jawaban-jawaban atas permasalahan yang diajukan.
·      Guru mengawasi dan mengarahkan peserta didik dalam berdiskusi agar diperoleh jawaban-jawaban yang memadai atas permasalahan yang dikaji.
·      Peserta didik bersama-sama merumuskan simpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang dikaji.
Tahap 5
Mengomunikasikan

·      Peserta didik mewakili kelompoknya menyampaikan rumusan simpulan secara lisan kepada kelompok lain dan di hadapan guru untuk mendapatkan tanggapan.
·      Masing-masing kelompok memberikan tanggapan balik atau jawaban atas tanggapan, pertanyaan, dan masukan dari kelompok lain.
·      Masing-masing kelompok, dengan bimbingan guru, menulis simpulan terkait dengan berbagai permasalahan yang dikaji dan mengumpulkannya kepada guru dan juga memajang rumusan simpulannya di papan yang sudah disediakan agar dibaca oleh semua peserta didik.
   
1      DAFTAR PUSTAKA
    Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
2      Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
3     Permendikbud No. 53 Tahun 2015 Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
4   Permendikbud No. 57 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah Melalui Ujian Nasional dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan  Melalui Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan pada SMP/MTs atau yang Sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang Sederajat.
5      Panduan Penilaian Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
6   Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
7      Silabus Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
8   Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 yang terdiri atas Buku Peserta didik dan Buku Guru untuk masing-masing mata pelajaran.
    Panduan Penguatan Proses Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama, 2014 .
      Seng Tan O. (Ed),, 2009, Problem-based Learning and Creativity, Virginia, Gale Cengage Learning.

No comments: