
NAMA DIKLAT : DIKLAT
TEKNIS FUNGSIONAL PEMBENTUKAN JABATAN CALON PENGAWAS MADRASAH DAN PENGAWAS
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MAKASSAR
A.
Deskripsi Singkat
Mata
pendidikan dan pelatihan (mata diklat) ini menjelaskan konsep penelitian
tindakan sekolah atau kepengawasan (PTKp), pentingnya PTKp, dan penyusunan
laporan PTKp.
B. Indikator
Setelah
mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep PTKp,
pentingnya PTKp, dan penyusunan laporan PTKp.
C.
Pokok Bahasan
1.
Konsep
Dasar Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp)
2.
Pentingnya
PTKp
3.
Penyusunan
Laporan PTKp
D. Materi
1. Konsep Dasar
Penelitian Tindakan Kelas.
a. Arti Penelitian
Penelitian (riset, research) merupakan penyelidikan suatu
masalah secara sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal. Penelitian
bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan
yang memiliki kemampuan deskripsi dan/atau prediksi. Kerja penelitian umumnya
terdiri dari beberapa langkah utama, yaitu :
1.
Melakukan kajian terhadap
permasalahan,
2.
Melakukan kajian teoritik dari
permasalahan untuk kemudian secara deduksi dirumuskan menjadi hipotesis dari
masalah yang dihadapi,
3.
Mengumpulkan data empirik guna
pengujian hipotesis,
4.
Mengadakan uji hipotesis, dan
5.
Menarik kesimpulan.
Apapun jenis penelitiannya, kegiatan penelitian memiliki tahapan
kerja sebagai berikut: (a) mendapatkan dan merumuskan masalah, (b) mengkaji
teori untuk merumuskan hipotesis atau menetapkan kriteria variabel dalam
pengembangan/perancangan/pendeskripsian, mengumpulkan fakta empirik, baik
dengan menggunakan berbagai instrumen, melakukan perlakuan, atau dengan membuat
produk tertentu, (d) menganalisis temuan fakta atau produk dengan kriteria teoritik
untuk pengambilan kesimpulan, dan (e) menyimpulkan hasil dan mempublikasi hasil
penelitiannya.
Kegiatan penelitian timbul karena adanya sifat manusia yang selalu
ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut membawa permasalahan. Penelitian dilakukan
untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang membutuhkan jawaban ilmiah.
Permasalahan penelitian dapat berupa pencarian teori, pengujian teori ataupun
untuk menghasilkan suatu produk guna pemecahan masalah praktis yang berada pada
lingkup pengetahuan ilmiah.
b. Masalah Keilmuan
Dalam kehidupan sangat sering dijumpai masalah-masalah yang memerlukan
jawaban dengan kriteria kebenaran tertentu. Hanya bila masalah tersebut
membutuhkan kebenaran berkriteria keilmuan, maka masalah ini disebut masalah
keilmuan. Masalah seperti itulah yang semestinya memerlukan jawaban dengan
kerangka berpikir tertentu, yaitu digunakannya metode keilmuan, atau memerlukan
kegiatan penelitian (ilmiah) dalam mencari jawaban dan pemecahannya.
Meskipun diketahui bahwa masalah keilmuan cukup banyak terdapat di
lingkungan kita, namun sering dirasakan betapa sulitnya mengidentifikasikan,
memilih dan merumuskan masalah. Kesulitan pertama adalah, dari mana kita
mendapatkan masalah untuk penelitian kita?.
Terdapat berbagai sumber untuk “mendapatkan” masalah.
Masalah-masalah keilmuan sangat banyak dijumpai melalui bacaan. Bacaan yang
berupa laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, jurnal, umumnya sarat dengan
informasi yang mengungkapkan pula berbagai masalah keilmuan yang menarik.
Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah juga merupakan ladang masalah
penelitian yang subur. Melalui kegiatan tersebut, acapkali terlontar berbagai
masalah penelitian yang sudah jadi yang selanjutnya dapat dikembangkan sebagai
masalah penelitian. Masalah penelitian dapat tergali melalui hasil pengamatan.
Dari pengamatan akan timbul berbagai pertanyaan-pertanyaan yang melalui
penelitian dapat dicari jawabannya.
c. Masalah Penelitian yang Baik
Tentu saja tidak semua masalah keilmuan yang dihadapi dan telah dapat
diidentifikasi, akan dijamin sebagai masalah yang layak dan sesuai untuk
diteliti. Kelayakan suatu penelitian berkaitan dengan banyak faktor.
a.
Kemanfaatan hasil. Sejauh mana
penelitian terhadap masalah tersebut akan memberikan sumbangan kepada khasanah
teori ilmu pengetahuan atau kepada pemecahan masalah-masalah praktis.
b.
Kriteria pengetahuan yang
dipermasalahkan yaitu: (a) mempunyai khasanah keilmuan yang dapat dipakai untuk
pengajuan hipotesis, dan (b) mempunyai kemungkinan mendapatkan sejumlah fakta empirik
yang diperlukan guna pengujian hipotesis.
c.
Persyaratan dari segi si peneliti,
yang pada prinsipnya sejauhmana kemampuan
si peneliti untuk melakukan penelitian. Hal ini menyangkut setidak-tidaknya lima
faktor, yakni: biaya; waktu; alat dan bahan; bekal kemampuan teoritis peneliti;
dan penguasaan peneliti terhadap metode penelitian yang akan digunakannya.
d. Hubungan Penelitian dengan Penelitian
Tindakan
Mengingat luasnya cakupan kerja, penelitian dikelompokkan dan
diberi “nama yang spesifik”. Misalnya, penelitian deskriptif dan penelitian eksperimental,
dan ada pula yang dinamakan penelitian tindakan (action research).
Penelitian tindakan ditandai adanya penerapan suatu tindakan pada suatu proses
kegiatan tertentu. Tindakan yang diterapkan tersebut, merupakan tindakan yang
“baru” yang diyakini lebih baik dalam meningkatkan mutu proses maupun hasil
kerja dari tindakan “lama” yang telah biasa dilakukan. Sambil menerapkan
(melakukan eksperimen) terhadap tindakan “barunya”, peneliti mengamati proses
tindakan itu (yang dilakukan dengan secara teliti dengan mendiskripsikan proses
kegiatan yang terjadi). Dengan demikian, ada pula yang menyatakan penelitian tindakan
sebagai tindak lanjut dari penelitian eksperimen maupun penelitian deskriptif.
Ada pula
yang menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan penelitian eksperimen
dengan ciri yang khusus. Jika dalam penelitian eksperimen peneliti ingin
mengetahui akibat dari suatu perlakuan (treatment, tindakan, atau
“sesuatu” yang dilakukan), maka pada penelitian tindakan, peneliti
mencermati kajiannya pada proses dan akibat dari tindakan yang dibuatnya.
Berdasar hasil pencermatan itulah, kemudian dilakukan tindakan lanjutan yang
merupakan perbaikan dari tindakan pertama (disebut sebagai siklus), untuk dapat
memperoleh informasi yang mantap tentang dampak tindakan yang dibuatnya.
2.
Perlunya Penelitian Tindakan Sekolah
Saat ini, penelitian tindakan banyak dilakukan baik oleh guru
maupun pengawas. Bila dilakukan guru umum disebut sebagai Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Sedangkan bila dilakukan oleh pengawas sekolah, disebut sebagai
Penelitian Tindakan Sekolah atau Kepengawasan (PTKp).
a. Tujuan Penelitian Tindakan Sekolah
Tujuan utama Penelitian Tindakan Sekolah adalah untuk memecahkan permasalahan
nyata yang terjadi di dalam sekolah-sekolah yang berada dalam binaan pengawas
sekolah. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah,
tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan
dengan tindakan yang dilakukan.
Secara lebih rinci, tujuan Penelitian Tindakan Sekolah antara lain
:
a. Meningkatkan mutu isi, masukan,
proses, dan hasil pendidikan, manajemen dan pembelajaran, termasuk mutu guru,
kepala sekolah, khususnya yang berkaitan dengan tugas profesional kepengawasan,
di sekolah-sekolah yang menjadi binaannya.
b.
Meningkatkan kemampuan dan
sikap profesional sebagai pengawas sekolah.
c.
Menumbuhkembangkan budaya
akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam
melakukan perbaikan mutu pendidikan.
Ciri khusus dari Penelitian Tindakan Sekolah adalah adanya
tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami
(pada keadaan yang sebenarnya) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan
praktis dalam peningkatan mutu proses dan hasil kepengawasan.
Selain
itu, karena penelitian tindakan sekolah berkenaan dengan kegiatan nyata di
sekolah-sekolah, maka perlu memperhatikan etika, antara lain:
a.
Tidak boleh mengganggu proses
pembelajaran dan tugas mengajar guru, maupun kegiatan pendidikan yang berjalan
di sekolah.
b.
Jangan terlalu banyak menyita
waktu (dalam pengambilan data, dan lain-lain).
c. Masalah yang dikaji harus merupakan
masalah yang benar-benar ada dan dihadapi oleh pengawas sekolah.
d. Dilaksanakan dengan selalu
memegang etika kerja (minta ijin, membuat laporan, dan lain-lain).
b. Tindakan dalam Penelitian Tindakan
Sekolah dan Kepengawasan
PTKp terdiri rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang.
Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah (a) perencanaan, (b)
tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah, dimulai dengan siklus
yang pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan
dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru
bersama peneliti (dalam kasus ini bersama dengan pengawas sekolah) menentukan
rancangan untuk siklus kedua.
Siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan siklus
pertama, apabila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan, atau untuk meyakinkan
atau menguatkan hasil. Namun biasanya pada siklus kedua terdapat berbagai
tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang ditujukan untuk memperbaiki
berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, maka dapat dilanjutkan
dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika
sudah selesai dengan siklus kedua dan belum merasa puas, dapat melanjutkan
dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu.
c. Permasalahan yang Dapat Dikaji Melalui PTKp
Tita Lestari (2009) menyatakan, melihat luasnya kajian di bidang pendidikan,
maka masalah yang diangkat dalam penelitian untuk pengembangan profesi pengawas
sekolah, hendaknya difokuskan pada permasalahan yang dihadapi langsung secara
nyata oleh pengawas dalam praktek tugas kepengawasan, yaitu tugas memantau,
menilai, membina sekolah dan melaksanakan tindak lanjut.
Berikut, Tita memberikan beberapa contoh permasalahan yang dapat
dikaji melalui PTKp
1.
Bagaimana bimbingan terhadap
sekolah dalam pengembangan Kurikulum
2. Bagaimana bimbingan terhadap
sekolah dalam menyusun kurikulum muatan lokal yang penyusunannya melibatkan
beberapa pihak terkait.
3.
Bagaimana pemantauan terhadap
sekolah dalam melaksanakan program pengembangan diri melalui kegiatan konseling
dan kegiatan ekstrakurikuler.
4. Bagaimana membina guru dalam
merancang tugas mandiri tidak terstruktur untuk mencapai kompetensi tertentu
5.
Bagaimana sekolah melalui MGMP
dalam mengembangkan silabus secara mandiri atau cara lainnya berdasarkan
standar isi, standar kompetensi lulusan, dan panduan penyusunan kurikulum
6.
Bagaimana bentuk binaan
terhadap hasil pelaksanaan pemantauan proses pembelajaran yang mencakup tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian hasil pembelajaran.
7. Bagaimana strategi supervisi
proses pembelajaran melalui cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan
konsultasi.
8.
Bagaimana model bimbingan
terhadap guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran
sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran.
9. Bagaimana bimbingan terhadap peningkatan
kemampuan manajerial kepala sekolah yang ditunjukkan dengan keberhasilan mengelola
pendidik dan tenaga kependidikan dan siswa.
10. Bagaimana bimbingan terhadap
peningkatan kemampuan kewirausahaan kepala sekolah dalam mengelola kegiatan produksi/jasa
sebagai sumber belajar siswa.
11. Bagaimana teknik menilai
sekolah dalam merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan lembaga.
12.
Bagaimana teknik membimbing,
menyusun dan melaksanakan rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) dan
rencana kerja tahunan.
13.
Bagaimana pendekatan yang
dilakukan terhadap sekolah dalam melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum
dan pembelajaran.
14.Bagaimana bimbingan terhadap
sekolah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi diri untuk menyusun profil
sekolah.
15.
Bagaimana bimbingan terhadap
sekolah untuk melaksanakan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.
16. Bagaimana arahan terhadap
sekolah dalam melaksanakan sistem informasi manajemen untuk mendukung
administrasi pendidikan.
17.
Bagaimana upaya mendorong
sekolah untuk menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam sistem
pengelolaan pembelajaran.
18.
Bagaimana strategi melakukan
evaluasi terhadap pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan pada
sekolah-sekolah binaannya.
19.
Bagaimana pendekatan atau
strategi untuk mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan
hasil-hasil yang dicapainya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
20.
Bagaimana membimbing sekolah
dalam menyusun pedoman pengelolaan keuangan sebagai dasar dalam penyusunan
Rencana Anggaran dan Belanja (RAB).
21.
Bagaimana membimbing sekolah
dalam menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran.
22. Bagaimana upaya mendorong
sekolah dalam menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, iptek, estetika, serta jasmani, olahraga,
dan kesehatan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
3.
Penyusunan Usulan dan Laporan PTKp
a. Usulan PTKp
Prinsip dalam menyusun usulan penelitian tindakan sekolah pada prinsipnya
adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil kepengawasan di sekolah-sekolah
binaannya. Ada tiga
hal penting yang harus dijawab dalam PTKp, yakni :
1. Siapa yang akan ditingkatkan?
Sesuai dengan tugasnya, pengawas sekolah bertanggung jawab membina guru, kepala
sekolah dan tenaga kependidikan yang lain yang ada pada sekolah-sekolah binaannya.
2. Apa yang akan ditingkatkan?
Sebelum melakukan PTKp, pengawas sekolah harus mengetahui dengan jelas, hal-hal
apa yang akan ditingkatkan. Misalnya, kemampuan guru dalam menyusun RPP, kemampuan
dan kemauan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas / laboratorium
/ lapangan, kemampuan guru dalam menerapkan berbagai macam metode pembelajaran,
dan lain-lain. Atau kemampuan kepala sekolah dalam pengelolaan administrasi
sekolah, dalam mengkoordinasikan pelaksanaan program bimbingan konseling, dan
lain-lain.
3. Melalui tindakan apa? Tindakan
tersebut umumnya berupa penggunaan “tindakan kepengawasan” yang baru (bukan
yang selama ini telah dilaksanakan) . Tindakan tersebut telah diyakini, akan
mampu memberikan hasil yang lebih baik, dari apa yang telah biasa dilakukan
saat ini. Misalnya melalui berbagai kegiatan pembelajaran / pelatihan/diskusi,
dan lain-lain, yang dapat dilakukan bagi para guru atau kepala sekolah, dalam
waktu yang relatif terbatas, yang berupa lokakarya, pelatihan, diskusi kelompok
kecil, forum diskusi, kerja kelompok, dan lain-lain.
Dengan demikian, JUDUL Penelitian Tindakan Sekolah paling tidak berisi
informasi tentang:
1.
Apa yang akan ditingkatkan?
2.
Menggunakan tindakan apa?
3. Siapa yang akan ditingkatkan?
Sebagai kelengkapan, umumnya dituliskan pula sub judul. Sub judul bertujuan
untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang populasi, misalnya di mana
penelitian dilakukan, kapan, di sekolah-sekolah mana, dan lain-lain.
Berikut disajikan berbagai contoh judul Penelitian Tindakan
Sekolah, yang kesemuanya menuliskan tiga hal yang penting di atas.
b. Kerangka Isi Usulan PTKp
Kerja penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana itu umum disebut
sebagai usulan penelitian. Usulan penelitian merupakan langkah pertama dari
kerja penelitian. Sedangkan Karya Tulis Ilmiah (KTI), yang merupakan laporan
hasil penelitian, merupakan langkah terakhir. Pada umumnya usulan penelitian
terdiri dari :
1.
Judul Penelitian
2. Bab Pendahuluan yang menjelaskan
tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah,
Perumusan Masalah, Cara Pemecahan Masalah, Tujuan, dan Kemanfaatan Hasil
Penelitian (terutama potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi,
proses, masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).
3. Bab Kajian/Tinjauan Pustaka
yang menguraikan kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang
mendasari usulan rancangan penelitian tindakan
4.
Bab Metode Penelitian yang
menjelaskan tentang Rencana dan Prosedur Penelitian.
c. Judul Penelitian dan Bab Pendahuluan
Judul penelitian menyatakan secara jelas namun sesingkat mungkin permasalahan
yang akan diteliti, upayakan variabel penelitian tercantum pada judul tersebut.
Upayakan pula agar dengan membaca judul itu, pembaca akan tertarik untuk
membaca lebih jauh isi usulan penelitian. Judul hendaknya ditulis dengan
singkat dan spesifik. Hal utama yang seharusnya tertulis di dalam judul adalah :
(1) apa yang mau ditingkatkan mutunya, (2) bagaimana tindakan yang akan dilakukan
pengawas, dan (3) siapa yang akan ditingkatkan?
Umumnya di bawah judul dituliskan pula sub judul. Sub judul sangat
umum ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang populasi,
misalnya di mana penelitian dilakukan, kapan, di kelas berapa, di
sekolah-sekolah mana dan lain-lain.
Bab Pendahuluan menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah dan Cara Pemecahan Masalah, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian
dengan uraian sebagai berikut:
1) Isi
Subbab Latar Belakang Masalah
Bab pendahuluan paling tidak terdiri dari sub bab yang menjelaskan
alasan atau latar belakang PTKp yang menjelaskan tentang:
1.
Masalah yang diteliti adalah
benar-benar suatu masalah pembelajaran yang terjadi di kelasnya, di sekolahnya,
maka tuliskan dengan jelas kondisi yang menjadikan terjadinya permasalahan tersebut.
2.
Masalah yang akan diteliti
merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat
dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung
lainnya
3. Jelaskan hal-hal yang diduga
menjadi akar penyebab dari masalah tersebut. Berikan alasan (argumentasi)
secara cermat dan sistematis bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah
itu.
2) Isi
Subbab Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang jawabannya akan dicari
melalui PTKp. Sebagai contoh, jika judul PTKpnya adalah: “Meningkatkan
kemampuan guru-guru dalam menyusun RPP pembelajaran tematik melalui workshop
…”. Maka rumusan masalahnya adalah “Apakah melalui workshop, kemampuan guru dalam
menyusun RPP pembelajaran tematik akan dapat ditingkatkan?“
Jawaban dari pertanyaan itulah yang akan diuji melalui pelaksanaan
PTKp, yang berupa tindakan nyata di kelas dalam menerapkan metode Student
Teams Achievement Division (STAD) pada pokok bahasan tertentu, dengan
menggunakan kerangka tindakan yang tertentu pula.
3) Isi
Subbab Tujuan dan Manfaat PTKp
Tujuan Penelitian: Penulisan tujuan PTKp umumnya dimulai dengan kalimat
“ PTKp ini bertujuan untuk menguji manfaat......... (tindakan tertentu, tuliskan
dengan jelas nama tindakan tersebut), guna meningkatkan ....(tuliskan dengan
rinci apa yang akan ditingkatkan), bagi guru/kepala sekolah di ..... (tuliskan
subyek PTKpnya). Sedangkan penulisan manfaat PTKp umumnya dimulai dengan
kalimat “PTKp ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa ....... (tuliskan manfaat
PTKp bagi guru....manfaatnya bagi siswa, dan lain-lain)
4) Bab
Tinjauan Pustaka
Kembali diingatkan bahwa ciri khusus PTKp adalah adanya tindakan. Tindakan
tersebut berupa penerapan model/ strategi/cara mengajar yang ”baru” yang
benar-benar dilakukan oleh pengawas pada kepala sekolah/guru yang dibinanya,
dalam upayanya meningkatkan pengetahuan/keterampilan tertentu.
Tindakan yang akan dilakukan merupakan tindakan yang baru, sebagai
pengganti dari tindakan yang selama ini telah dilakukan. Pada bab Kerangka
Teori, tuliskan berbagai teori (berdasar pada kajian kepustakaan) yang
mendasari usulan rancangan PTKp ini.
Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung
pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Sebagai
contoh, akan dilakukan PTKp yang menerapkan model workshop, Pada kajian pustaka
harus jelas dapat dikemukakan
a.
Bagaimana teori workshop, bagaimana
sejarahnya, bagaimana langkah-langkahnya, dan lain-lain.
b. Bagaimana bentuk tindakan yang
dilakukan dalam penerapan teori tersebut dalam peningkatan kompetensi
guru/kepala sekolah, skenario pelaksanaan, dan sebagainya,
c. Bagaimana keterkaitan atau
pengaruh penerapan model tersebut dengan perubahan yang diharapkan, atau
terhadap masalah yang akan dipecahkan, hal ini hendaknya dapat dijabarkan dari
berbagai hasil penelitian yang sesuai, dan
d.
Bagaimana prakiraan hasil
(hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan model di atas pada kemampuan
guru/kepala sekolah terhadap hal yang akan dipecahkan.
Kriteria kepustakaan yang baik. Sedikitnya ada dua syarat utama
yang harus dipenuhi oleh sumber bacaan yang akan digunakan dalam kajian teori,
yakni:
1. Adanya keterkaitan antara isi
bacaan dengan masalah yang dibahas, dan
2. Kemutahiran sumber bacaan,
artinya sumber bacaan yang sudah kadaluwarsa harus ditinggalkan.
Penelitian dengan daftar kepustakaan yang sangat banyak, namun keterkaitan
antara isi kepustakaan dan masalah yang dibahas tidak terlalu jelas, harus
dihindari. Kualitas hasil karya ilmiah tidak berkaitan dengan banyaknya buku
yang tercantum pada daftar pustaka, tetapi pada kualitas pustaka yang
digunakannya.
5) Bab
Metode Penelitian
Hal penting yang harus dimengerti: PTKp terdiri rangkaian empat kegiatan
yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap
siklus adalah: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi
yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan
sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan, atau untuk meyakinkan
atau menguatkan hasil. Tapi umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua
mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja
ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan
dalam siklus pertama.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, maka guru dapat melanjutkan
dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika
sudah selesai dengan siklus kedua dan pengawas belum merasa
puas,
dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan
siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus
dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun
ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus.
Dengan demikian pada bab Rencana Pelaksanaan PTKp, uraikan secara
jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan objek, waktu dan
lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya
dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi,
yang bersifat daur ulang atau siklus. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan
penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan yang dicapai dalam setiap
siklus sebelum pindah ke siklus lain. Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu
siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah.
d. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam
Pelaksanaan PTKp
1. PTKp merupakan penelitian yang
mengikutsertakan secara aktif peran guru/kepala sekolah dalam berbagai tindakan
2. Kegiatan refleksi (perenungan,
pemikiran dan evaluasi) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional
(menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan
dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.
3.
Tindakan perbaikan terhadap
situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara
praktis.
e. Kegiatan Pengamatan dalam Pelaksanaan PTKp
Tahapan pengamatan dan pencatatan semua aktivitas PTKp dilakukan bersamaan
dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang
berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, si
peneliti (pengawas, apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan
dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian
yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario
tindakan, dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil supervisi
yang dilaksanakan.
Beberapa format yang harus ada dan dilampirkan sebagai bagian dari
proses pengumpulan data, antara lain:
1.
Lembar pengamatan supervisi
2.
Lembar hasil kerja guru/kepala
sekolah.
3.
Lembar penilaian kinerja
kelompok
4.
Lembar informasi balikan
peserta
5.
Jurnal
Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes,
hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain) tetapi juga data kualitatif
yang menggambarkan keaktifan guru/kepala sekolah/tenaga kependidikan, antusias
mereka, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain. Instrumen yang umum dipakai
adalah: (a) soal tes, (b) kuis, (c) rubrik, (d) lembar observasi, dan (e)
catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak
dapat terekam melalui lembar observasi, misalnya aktivitas selama pemberian
tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau petunjuk-petunjuk lain yang dapat
dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya.
Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, misalnya teknik triangulasi
atau cross check, membandingkan data yang diperoleh dengan data lain,
atau kriteria tertentu yang telah baku, dan
lain sebagainya.
Data yang telah terkumpul memerlukan analisis untuk dapat mempermudah
penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik
analisis statistika dapat digunakan. Bagaimana hubungan indikator keberhasilan
dengan kegiatan pengamatan? Kegiatan pengamatan pada hakikatnya dilakukan untuk
dapat mengetahui apakah tujuan PTKp tercapai atau belum. Untuk itu sangat
penting untuk menjabarkan terlebih dahulu apa indikator utama dari kegiatan PTKp
yang dirancangkan.
Format-format yang
akan dipakai dalam pengumpulan data.
Kegiatan
Refleksi
Tahapan
ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan,
berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTKp mencakup analisis,
sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian
ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang,
tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi (Hopkins,
1993).
4.
Laporan PTKp
Umumnya laporan PTKp ini mempunyai kerangka isi sebagai berikut:
1. Bagian
Awal yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran
persetujuan dan pernyataan dari KORWAS; (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan
bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakaannya, (d) pernyataan
keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangani oleh penulis, (e) kata
pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran),
serta (g) abstrak atau ringkasan.
2. Bagian
Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
Bab I Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan
dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian.
Bab II Kajian/Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian
teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan
penelitian tindakan (khususnya kajian teori yang berkaitan dengan macam
tindakan yang akan dilakukan), proses tindakan, ketepatan atau kesesuainan
tindakan dan lain-lain.
Bab III Metode Penelitian atau Metodologi Penelitian yang
menjelaskan tentang prosedur penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, penjelasan
rinci tentang perencanaan dan pelaksanaan tindakan, prosedur pelaksanaan
tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi, serta hasil
penelitian). Yang harus ada dan dikemukakan secara jelas dalam bagian ini
adalah langkah-langkah tindakan secara rinci, terutama langkah yang harus
dilakukan oleh guru/kepala sekolah sebagai subyek, bukan hanya menjelaskan
langkah pengawas (supervisor).
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan serta mengemukakan gambaran
tentang pelaksanaan tindakan. Akhir dari bab ini adalah pembahasan, yaitu
pendapat peneliti tentang plus minus tindakan serta kemungkinannya untuk
diterapkan lagi untuk memperoleh gambaran model tindakan ini sebagai
metode/model kepengawasan yang dipandang kreatif dan inovatif, sehingga dapat
memberikan hasil pembelajaran yang maksimal
Bab V Simpulan dan Saran-Saran.
3. Bagian Penunjang yang
pada umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang
diperlukan untuk menunjang isi laporan. Lampiran utama yang harus disertakan
adalah (a) rancangan pelaksanaan PTKp seperti: skenario pelaksanaan, bahan
ajar, hand-out, diktat, dan lain-lain, (b) semua instrumen yang digunakan dalam
penelitian, terutama lembar pengamatan yang digunakan selama penelitian
tindakan dilakukan, misalnya lembar observasi, kuisioner, tes, dan lain-lain,
(c) contoh-contoh asli (atau foto kopi) hasil kerja dari guru/kepala sekolah
dalam pengisian/pengerjaan instrumen, (d) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain
seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, surat ijin dari kepala sekolah, dari pengawas
sekolah, catatan harian, dan lain-lain.
5.
Laporan yang Kurang Memenuhi Syarat
Alasan yang sering dijumpai dalam menolak laporan PTKp adalah:
a. Adanya KTI yang tidak wajar,
misalnya KTI yang diajukan bukan karya sendiri, tetapi menyalin dari karya orang
lain (yang umumnya berupa skripsi, tesis orang lain), ada juga KTI yang
dibuatkan oleh orang/institusi lain.
b. Tidak sedikit KTI yang
mempermasalahkan hal-hal yang tidak perlu dan membahas masalah yang terlalu
luas serta tidak berkaitan dengan kegiatan pengembangan profesi yang
bersangkutan sebagai guru atau pengawas sekolah.
c. Meskipun tidak terlalu banyak,
beberapa KTI ditolak karena tidak mengikuti kaidah keilmuan, seperti rumusan
masalah tidak jelas, kerangka teori sangat menyimpang, metode penelitian yang
salah, data yang tidak sesuai, dan kesimpulan yang tidak terkait dengan rumusan
masalah.
d.
Ada pula
KTI yang ditolak karena kurang konsisten antara tugasnya dengan apa yang
ditulisnya.
Sebagaimana dijelaskan di atas, laporan PTKp yang memenuhi syarat,
dan dapat diberikan angka kredit adalah bila memenuhi persyaratan APIK (Asli,
Perlu, Ilmiah, dan Konsisten).
6.
Rangkuman dan Refleksi
a. Rangkuman
Kerja penelitian umumnya terdiri dari beberapa langkah utama,
yaitu (a) melakukan kajian terhadap permasalahan, (b) melakukan kajian teoritik
dari permasalahan untuk kemudian secara deduksi dirumuskan menjadi hipotesis
dari masalah yang dihadapi, (c) mengumpulkan data empirik guna pengujian
hipotesis, (d) mengadakan uji hipotesis, dan (e) menarik kesimpulan.
Suatu penelitian dikatakan layak apabila (a) bermanfaat, yaitu memberikan
sumbangan kepada khasanah teori ilmu pengetahuan atau kepada pemecahan
masalah-masalah praktis, (b) memiliki landasan keilmuan, yaitu memungkinkan
diajukan hipotesis dan dilakukan pengumpulan data untuk menguji hipotesis, dan
(c) terjangkau oleh peneliti, baik dari segi kemampuan, waktu, biaya, dan
sebagainya.
Ciri khusus dari PTKp adalah adanya tindakan (action) yang
nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (pada keadaan yang sebenarnya)
dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan praktis
dalam peningkatan mutu proses dan hasil kepengawasan.
PTKp terdiri rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang.
Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah: (a) perencanaan, (b)
tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. Pada umumnya usulan penelitian
terdiri dari: (a) Judul Penelitian, (b) Bab Pendahuluan yang menjelaskan
tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah,
Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian, (c) Bab Kajian/Tinjauan Pustaka yang menguraikan
kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan
rancangan penelitian tindakan, dan (d) Bab Metode Penelitian yang menjelaskan
tentang Rencana dan Prosedur Penelitian. Kerangka laporan hasil PTKp, umumnya
berisi: (1) bagian awal, mencakup: halaman judul, lembar persetujuan,
pernyataan dari perpustakaan, pernyataan keaslian tulisan, kata pengantar,
daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), dan
abstrak atau ringkasan, (2) bagian isi, meliputi: Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian/Tinjauan
Pustaka, Bab III Metode Penelitian atau Metodologi Penelitian, Bab IV Hasil
Penelitian dan Pembahasan, dan Bab V Simpulan dan Saran-Saran, serta (3) Bagian
Penunjang, pada umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan
lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.
b. Refleksi
1. Setelah Anda mempelajari materi
ini, hal-hal baru apakah yang anda temukan?
2.
Setelah Anda mempelajari materi
ini, dalam hal apakah Anda merasakan lebih memahami tentang PTKp?
3. Setelah Anda mencoba
melaksanakan PTKp, hal-hal apakah yang Anda temukan berkaitan dengan
peningkatan kinerja Anda sebagai pengawas?
4. Bila Anda merasa masih kurang
mampu melakukan PTKp, anda dapat menelaah lebih jauh kepustakaan di bawah ini
atau mengundang narasumber.
E.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
kreditnya
Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan
kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 025/0/1995
Kemmis and McTaggart.1994. The Action
Research Planner, Dekain University
Suhardjono, A. Azis Hoesein, dkk. 1995. Pedoman
penyusunan KTI di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru.
Digutentis, Jakarta : Diknas
Suhardjono, 2005, Laporan Penelitian
Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada Pelatihan
Peningkatan Mutu Guru di LPMP Makasar, Maret 2005
Suhardjono, 2009, Tanya jawab tentang PTK
dan PTKp, naskah buku. Suharsimi Arikunto, 2002, Penelitian Tindakan Kelas,
Makalah pada Pendidikan dan Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan
Fungsional Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai penataran Guru (BPG) Semarang,
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara
Supardi. 2005. Penyusunan Usulan, dan
Laporan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas, Makalah disampaikan pada
“Diklat Pengembangan Profesi Widyaiswara”, Ditektorat Tenaga Pendidik dan
Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.
Tita Lestari. 2009. Penyusunan Program,
Pelaksanaan dan Pelaporan Hasil Pengawasan. Materi ToT Calon Pengawas. Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan, Ditjen PMPTK, Departemen Pendidikan Nasional.
No comments:
Post a Comment