I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian pada dasarnya
adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang
dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha ilmiah
adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan/atau mengontrol fenomena. Tujuan
ini didasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah beraturan
dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui. Kemajuan ke arah
tujuan ini berhubungan dengan pemerolehan pengetahuan dan pengembangan serta
pengujian teori-teori. Eksistensi dari suatu teori yang dapat hidup sangat
mempermudah kemajuan ilmu pengetahuan yang secara simultan menjelaskan banyak
fenomena. Dibandingkan dengan sumber pengetahuan yang lain, seperti pengalaman,
otoritas, penalaran induktif, dan penalaran deduktif, penerapan metode ilmiah
tidak diragukan, paling efisien dan paling terpercaya.
Pada kajian ini akan
dideskripsikan tentang teknik pelaksanaan penelitian kuantitatif sebagai suatu
pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma-paradigma postpositivist
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti, pemikiran tentang sebab akibat,
reduksi kepada variabel-variabel, hipotesis-hipotesis, dan
pertanyaan-pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi, dan
pengujian teori), menggunakan strategi-strategi penelitian seperti eksperimen
dan survei yang memerlukan data statistik.
B. Rumusan Masalah
Dari
deskripsi yang dikemukakan pada latar belakang, dikemukakan beberapa
permasalahan pokok sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi tentang variabel penelitian?
2. Bagaimana uraian tentang macam-macam variabel penelitian?
3. Bagaimana kajian tentang macam-macam paradigma penelitian?
4. Bagaimana ulasan tentang definisi operasional?
5. Bagaimana penyusunan instrumen penelitian dan pengembangannya?
II. PEMBAHASAN
A. Variabel
1.
Pengertian Variabel Penelitian
Variabel
penelitian sangat penting dalam sebuah penelitian, karena variabel bertujuan
sebagai landasan mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data, dan sebagai
alat menguji hipotesis. Itulah sebabnya, sebuah variabel harus dapat
diamati dan dapat diukur. Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
Arikunto menyebutkan
bahwa variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.[1] Ibnu
Hajar mengartikan variabel adalah objek pengamatan atau fenomena yang diteliti.[2]
Sementara itu, Sutrisno Hadi menyatakan bahwa variabel adalah semua keadaan,
faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil
eksperimen.[3] M. Nazir menyebutkan bahwa
variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.[4]
Variabel adalah gejala atau obyek penelitian
yang bervariasi, contoh: 1) variabel jenis kelamin (laki-laki dan perempuan),
2) variabel profesi (guru, petani, pedagang). Variabel penelitian dapat dipahami
sebagai atribut yang mencerminkan pengertian atau bangunan pengertian dan
memiliki nilai. Contoh, tinggi badan, kenapa dianggap sebagai variabel?, karena
memiliki nilai dan antara satu dan yang lain memiliki tinggi badan yang
berbeda. Selengkapnya dapat dilihat dari contoh berikut: Masalah banyaknya
kosakata dalam buku pelajaran menyulitkan siswa, maka variabel yang bisa
diambil adalah ukuran banyaknya kosakata, dan ukuran kemampuan siswa.
Jadi konsep yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, itulah yang menjadi variabel
penelitian. Sehingga dapat didefinisikan bahwa variabel adalah objek penelitian
yang bervariasi. Hal ini mengakibatkan variabel dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok atau lebih.
2.
Macam-macam Variabel Penelitian
Dalam hubungannya antara satu variabel dengan
variabel yang lain, variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi variabel
idependen, variabel dependen, variabel moderator, dan variabel kontrol.
Variabel-variabel tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Variabel Independen; disebut juga dengan
variabel bebas yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
b. Variabel Dependen; disebut dengan
variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas.
c. Variabel Moderator; Variabel
moderator disebut juga dengan variabel independen kedua yaitu variabel yang mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan dependen.
d. Variabel Intervering; variabel
yang secara teoritis yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen
dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati
dan diukur.
e. Variabel Kontrol; variabel yang
dapat dikendalikan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen
tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Umumnya variabel
kontrol sering digunakan peneliti untuk jenis penelitian perbandingan. [5]
Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat B. Sandjaja
dan Albertus yang membedakan variabel sebagai berikut:
a.
Variabel Bebas; disebut dengan
variabel independent yaitu variabel yang diduga sebagai penyebab timbulnya
variabel lain dan biasanya variabel ini dimanipulasi, diamati dan diukur untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap variabel lain.
b.
Variabel Tergantung; variabel
dependent merupakan variabel yang timbul karena sebagai akibat langsung dari
manipulasi dan pengaruh variabel bebas. Dalam sebuah penelitian variabel
tergantung diamati dan diukur untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas.
c.
Variabel Moderator; disebut juga
dengan variabel bebas kedua yaitu variabel yang dipilih, diukur, diamati dan
dimanipulasi oleh peneliti karena diduga ikut mempengaruhi hubungan antara
variabel bebas dan variabel tergantung.
d.
Variabel Kontrol; Variabel kontrol
yaitu variabel yang dikontrol oleh peneliti untuk menetralkan pengaruhnya
terhadap variabel tergantung.
e.
Variabel Antara; atau intervening variabel
adalah faktor yang secara teoritik mempengaruhi hubungan variabel bebas dan
variabel tergantung. Variabel ini juga dapat diukur dan diamati,namun
pengaruhnya dapat disimpulkan dari hubungan yang ada antara variabel bebas dan
variabel tergantung.[6]
Budiyono berpendapat lain dilihat dari segi proses kuantifikasi
variabel dibedakan menjadi variabel nominal, variabel ordinal, variabel
interval, dan variabel ratio.
a.
Variabel Nominal; variabel yang di
tetapkan berdasar atas proses penggolongan. Misalnya: jenis kelamin (dipilah
dalam pria dan wanita), jenis pekerjaan (dipilah dalam PNS dan swasta) dan
lain-lain.
b.
Variabel Ordinal; variabel yang
disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu. misalnya ranking
mahasiswa dalam suatu mata kuliah (dipilah dalam ranking tinggi, sedang dan
rendah).
c.
Variabel Interval; variabel yang
dihasilkan dari suatu pengukuran di mana pengukuran itu di asumsikan terdapat
satuan pengukuran yang sama. Sifat yang melekat pada variabel ini yaitu adanya
penggolongan, urutan atau ranking dan satuan pengukuran. Misalnya prestasi
belajar, penghasilan dan sikap yang dinyatakan dalam skor.
d.
Variabel Ratio; variabel dalam
kuantifikasinya terdapat nol mutlak. Sifat variabel ratio yaitu adanya
penggolongan, ranking, satuan pengukuran dan nol mutlak.[7]
Lebih lanjut Budiyono menyatakan bahwa menurut
fungsinya, variabel dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas sering disebut dengan variabel independen atau variabel
penyebab. Variabel terikat dipikirkan sebagai variabel yang keadaannya
tergantung (terikat) kepada variabel bebas.[8]
Arikunto membedakan variabel menjadi variabel
kuantitatif dan variabel kualitatif. Variabel kuantitatif dikelompokkan menjadi
2 kelompok yaitu: menjadi variabel diskrit dan variabel kontinum (discrete
and continuous).
a. Variabel Diskrit; disebut juga variabel
nominal atau variabel kategorik karena hanya diategorikan dalam 2 jawaban yang
berlawanan yaitu “ya” dan “tidak”.
b.
Variabel Kontinum; dipisahkan
dalam 3 variabel kecil yaitu varibel ordinal, interval, dan rasio. [9]
Lebih lanjut Arikunto mengungkapkan bahwa variabel
penelitian ditinjau dari sifatnya dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Variabel Statis; variabel yang
tidak dapat dirubah keberadaannya seperti jenis kelamin, tempat tinggal, dan
lain-lain.
b. Variabel Dinamis; variabel yang
dapat dirubah keberadaannya, berupa pegubahan, peningkatan, atau penurunan.
Misalnya, kedisiplinan, motivasi kepedulian, dan lain-lain.[10]
3. Macam-macam Paradigma Penelitian
Paradigma
mengacu pada model penyelidikan dan alat khusus, instrumen dan prosedur yang
diterima secara universal yang digunakan untuk meneliti dalam disiplin
keilmuan.[11] Paradigma penelitian
memiliki akar filosofis yaitu peneliti secara sadar atau tidak sadar mengikuti
paradigma yang membentuk cara berpikirnya kearah pendekatan umum. Artinya
sebuah masalah penelitian dapat mengambil berbagai pendekatan sebagaimana
ditentukan oleh peneliti. Di dalam paradigma itu sendiri ada pihak-pihak yang
berkeberatan terhadap metode tertentu, namun ada juga pihak yang menerima
Denzin dan Lincoln
mendefinisikan Paradigm as basic belief systems based on ontological, epistomological,
and methodological assumptions. A paradigm may be viewed as a set of basic
beliefs (or metaphysics) that deals with ultimates or first principle.[12] (Paradigma
merupakan sistem keyakinan dasar berdasarkan asumsi ontologis, epistomologis,
dan metodologi. Suatu paradigma dapat dipandang sebagai seperangkat kepercayaan
dasar (atau yang berada di balik fisik yaitu metafisik) yang bersifat pokok
atau prinsip utama). Sedangkan Guba menyatakan suatu paradigma dapat dicirikan
oleh respon terhadap tiga pertanyaan mendasar yaitu pertanyaan ontologi,
epistomologi, dan metodologi.[13]
Landasan
berpikir pendekatan kuantitatif adalah filsafat positivisme yang pertama kali
diperkenalkan oleh Emile Durkhim (1964). Pandangan filsafat positivisme adalah
bahwa tindakan-tindakan manusia terwujud dalam gejala-gejala sosial yang
disebut fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial tersebut harus dipelajari secara
objektif, yaitu dengan memandangnya sebagai “benda,” seperti benda dalam ilmu
pengetahuan alam. Caranya dengan melakukan observasi atau mengamati fakta
sosial untuk melihat kecenderungan-kecenderungannya, menghubungkan dengan
fakta-fakta sosial lainnya, dengan demikian kecenderungan-kecenderungan suatu
fakta sosial tersebut dapat diidentifikasi. Penggunaan data kuantitatif
diperlukan dalam analisis yang dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya demi
tercapainya ketepatan data dan ketepatan penggunaan model hubungan variabel
bebas dan variabel tergantung.[14]
Pada buku yang
lain Suparlan menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif memusatkan perhatiannya
pada gejala-gejala yang mempunyai karakteristik tertentu dalam kehidupan
manusia, yang dinamakan variabel. Hakikat hubungan antara variabel-variabel
dianalisis dengan menggunakan teori yang objektif. Karena sasaran kajian dari
penelitian kuantitatif adalah gejala-gejala, sedangkan gejala-gejala yang ada
dalam kehidupan manusia itu tidak terbatas banyaknya dan tidak terbatas pula
kemungkinan-kemungkinan variasi dan hierarkinya, maka juga diperlukan
pengetahuan statistik. Statistik dalam penelitian kuantitatif berguna untuk
menggolong-golongkan dan menyederhanakan variasi dan hierarki yang ada dengan
ketepatan yang dapat diukur, termasuk juga dalam penganalisaan dari data yang telah
dikumpulkan.[15]
Dari uraian
Suparlan tersebut sudah jelas perbedaan yang fundamental antara penelitian
kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Agar terdapat gambaran yang lebih
rinci perbedaan penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif akan dikemukakan
pandangan Cresswell (1994), Denzin & Lincoln (1994), Guba & Lincoln
(1994), dan Moustyan (1995) dalam Neuman sebagai berikut.[16]
1. Quantitative Style (Model
Kuantitatif)
a. Measure objective facts (mengukur fakta yang objektif)
b. Focus on variabels (terfokus pada variabel-variabel)
c. Reliability is key (reliabilitas merupakan kunci)
d. Value free (bersifat bebas nilai)
e. Independent of context (tidak tergantung pada konteks)
f.
Many cases subjects
(terdiri atas kasus atau subjek yang banyak)
g. Statistical analysis (menggunakan analisis statistik)
h. Researcher is detached (peneliti tidak terlibat)
2. Qualitative Style (Model
Kualitatif)
a. Construct social reality, cultural meaning (mengonstruksi
realitas sosial, makna budaya)
b. Focus on interactive processes, events (berfokus pada proses
interpretasi dan peristiwa-peristiwa)
c. Authenticity is key (keaslian merupakan kunci)
d. Values are present and explicit (nilai hadir dan nyata / tidak
bebas nilai)
e. Situationally constrained (terikat pada situasi / terikat pada
konteks)
f.
Few cases subjects (terdiri
atas beberapa kasus atau subjek)
g. Thematic analysis (bersifat analisis tematik)
h. Researcher is involved (peneliti terlibat)
4. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena.[17] Mendefinisikan variabel
secara operasional adalah menggambarkan atau mendeskripsikan variabel
penelitian sedemikian rupa, sehingga variabel tersebut bersifat spesifik (tidak
beinterpretasi ganda) dan terukur (observable atau measurable).
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran adalah cara di mana variabel
dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya sehingga dalam Definisi
Operasional mencakup penjelasan tentang :
1. Nama variabel
2. Definisi variabel berdasarkan konsep/maksud penelitian.
3. Hasil Ukur / Kategori
4. Skala Pengukuran.
Defenisi operasional
adalah mendefenisikan suatu variabel yang akan diamati dalam proses dengan mana
variabel itu akan diukur.[18] Defenisi
operasional adalah mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata
yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati, dan dapat diuji dan
ditentukan kebenarannya oleh orang lain.[19]
Operasionalisasi variabel merupakan
proses mengubah definisi nominal menjadi definisi operasional. Misalnya
definisi nominal dari disiplin adalah "tingkat kepatuhan seseorang kepada aturan-aturan
yang dikeluarkan oleh organisasi". Definisi operasionalnya: Masuk pukul
07.00 dan pulang pukul 14.00, setiap tanggal 17 mengikuti apel, tidak merokok
di tempat yang ada larangan merokok, meminta ijin kepada yang berwenang jika
meninggalkan kantor pada saat jam kerja, dan lain sebagainya. Definisi
operasional tidak boleh mempunyai makna yang berbeda dengan definisi nominal.
Oleh karena itu, sebelum menyusun defenisi operasional, peneliti harus membuat
definisi nominal terlebih dahulu variabel penelitiannya. Definisi nominal dari
variabel penelitian seharusnya secara eksplisit telah dinyatakan dalam kerangka
pemikiran. Definisi nominal dapat diangkat dari berbagai pendapat para akhli
yang memang banyak membicarakan, menulis tentang variabel yang ditelitinya.
Kalau variabelnya adalah "Peran Kepala Desa", maka peneliti harus
mempelajari konsep "peran Kepala Desa". Apa itu peran?. Peneliti
tidak bisa hanya mengutip satu atau dua pendapat saja. Makin banyak pendapat
para akhli yang dikutip, makin besar kemungkinan kebenaran makna definisi
nominal variabel penelitiannya. Untuk memudahkan, langkah awal yang bisa
diambil guna menyusun definisi nominal variabel penelitian adalah melihat kamus
umum. Kalau variabel tersebut berasal dari kata asing, misalnya dari bahasa Inggris,
maka kamus bahasa Inggris yang dipakai. Baru setelah itu mencari dari buku-buku
khusus yang membahas konsep atau variabel penelitiannya. Jika buku yang
dibacanya cukup tebal sehingga sulit menemukan kata yang dicarinya, manfaatkan
indeks yang ada di buku tersebut. Melalui indeks, peneliti dapat dengan mudah
menemukan nomor halaman di mana kata yang dimaksudkan dibahas.[20]
B. Instrumen Penelitian
dan Pengembangannya
Instrumen
memegang peranan penting dalam suatu penelitian. Mutu penelitian sangat
dipengaruhi oleh instrumen penelitian yang digunakan, karena kevalidan dan
kesahihan data yang diperoleh dalam suatu penelitian dsangat ditentukan oleh
tepat tidaknya dalam memilih instrumen penelitian. Instrumen atau alat
pengumpul data adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian. Data tersebut dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian.
Untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian kita dapat menggunakan instrumen yang
telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri.
Penggunaan instrumen yang telah tersedia adalah instrumen yang sudah ditetapkan
atau dibakukan untuk mengumpulkan data variabel penelitian yang telah
ditentukan. Akan tetapi jika istrumen baku
belum tersedia untuk variabel tertentu dalam penelitian tersebut maka peneliti
dapat menyusun sendiri instrumen yang yang akan digunakan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian.
Suryabrata mendefisikan
instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam yang pada umumnya
secara kuantitatif.[21] Arikunto
mendefinisikan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.[22]
Sedangkan Ibnu Hajar menyebutkan bahwa instrumen penelitian adalah
merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif
tentang variabel yang karakteristik dan objektif.[23]
Dari uraian
beberapa pakar di atas, dapat penulis mengambil suatu generalisasi bahwa instrumen
penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam sebuah research untuk
mengumpulkan aneka ragam informasi yang diolah secara kuantitatif dan disusun
secara sistematis.
Instrumen
yang dipergunakan dalam upaya pengumpulan data suatu penelitian itu harus
memperhatikan validitas dan reliabelitas, karena sesungguhnya data yang baik
adalah data yang valid dan reliable. Menurut Sukidin, dkk
(2010:100) berpendapat bahwa instrumen valid adalah instrumen yang mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur misalnya bahwa penggaris adalah alat yang
valid untuk mengukur panjang, bukan untuk mengukur berat. Sedangkan instrumen
reliable adalah instrumen yang konsisten (tepat/akurat) dalam mengukur yang
seharusnya diukur.[24]
Sutrisno
Hadi menyebutkan bahwa yang menjadi instrumen yang valid itu memenuhi
persyaratan sebagai berikut : (1) pengukuran dengan alat pengukur yang lain
sebagi prediktor, (2) adanya standisasi group tertentu untuk mengadakan
observasi sebagai sebuah kriterium, (3) diselidiki ada atau tidaknya kecocokan
antara hasil prediktor dengan hasil kriterium.[25]
Setyosari berpendapat
bahwa validitas terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : (1) validitas logis, yakni
diperoleh dengan usaha yang sangat hati-hati sehingga secara logika instrumen
itu dicapai menurut validitas yang dikehendaki, (2) validitas empiris, yaitu
validitas yang diperoleh berdasarkan pengalaman.[26]
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa di dalam penyusunan instrumen
penelitian suatu penelitian, data yang dihasilkan nanti harus mempunyai
kebenaran yang dapat diukur serta mempunyai konsistensi kebenaran terhadap
suatu objek. Hal ini dimaksudkan supaya ada relevansi antara hipotesis dan
kenyataan yang diperoleh melalui pengalaman secara optimal yang dengannya
kesahihan penelitian dapat diterima secara logis oleh akal.
Menyusun
instrumen penelitian penelitian dilakukan setelah peneliti memahami betul apa
yang menjadi variabel penelitian. Pemahaman peneliti terhadap variabel dan
hubungan antar variabel akan mempermudah peneliti dalam menentukan dan menyusun
intrumen penelitian yang akan digunakan. Setelah memahami variabel peneliti
dapat menyusun instrumen untuk dapat menjabarkan kedalam bentuk sub variabel,
indikator, deskriptor dan butir-butir pertanyaan dan angket dalam daftar cocok
atau pedoman observasi. Dengan demikian maka instrumen penelitan menjadi hal
penting untuk menjaga agar penelitian yang dilakukan tersebut bermutu dan
berkualitas.
III. PENUTUP
Dari kajian
yang dikemukakan, dapat dikemukakan beberapa poin penting sebagai kesimpulan,
yaitu:
1. Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
2. Variabel dapat dibedakan dari aspek hubungan antara variabel, proses
kuantifikasi variabel, fungsi, dan sifat variabel.
3. Pada penelitian model kuantitatif, dilihat dari: 1) mengukur fakta yang
objektif, 2) Terfokus pada variabel-variabel, 3) Reliabilitas merupakan kunci,
4) Bersifat bebas nilai, 5) Tidak tergantung pada konteks, 6) Terdiri atas
kasus atau subjek yang banyak, 7) Menggunakan analisis statistik, dan 8)
Peneliti tidak terlibat. Sedangkan pada model Kualitatif, dilihat dari: 1)
Mengonstruksi realitas sosial, makna budaya, 2) Berfokus pada proses
interpretasi dan peristiwa-peristiwa, 3) Keaslian merupakan kunci, 4) Nilai
hadir dan nyata / tidak bebas nilai, 5) Terikat pada situasi / terikat pada
konteks, 6) Terdiri atas beberapa kasus atau subjek, 7) Bersifat analisis
tematik, dan 8) Peneliti terlibat.
4. Definisi operasional mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena, sehingga variabel tersebut bersifat spesifik (tidak beinterpretasi
ganda) dan terukur (observable atau measurable).
5. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam sebuah
research untuk mengumpulkan aneka ragam informasi yang diolah secara
kuantitatif dan disusun secara sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
____________. Metode Penelitian; Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Budiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2003.
Denzin dan Lincoln. ed. Hand Book of Qualitative Research. London: Sage Publication Thousand Oaks, 1994.
Guba, Egon. The Paradigm of Dialog. London: Sage Publication Thousand Oaks, 1990.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset, 1994.
Hajar, Ibnu. Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada, 1999.
Hidayat, A. Alimul. Metode Penelitian Kebidanan
Dan Tehnik Analisis Data. Surabaya:
Salemba, 2007.
Jewel, L.N. dan Siegel Marc, Psikologi
Industri/Organisasi Modern, diterjemahkan oleh A. Hadyana Pudjaatmaka dan
Maetasari. Jakarta: Archan, 1998.
Koentrjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Mustafa, Hasan. Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
1997.
Nasir, Moh. Metode
Penelitian. Cet. IV; Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2005.
Neuman, W.L. Social Research Methods; Qualitative
and Quantitative Approaches. Boston: Pearson Education Inc, 1997.
Sandjaja, B. dan Albertus. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2006.
Setyosari, Punaji. Metode
Penelitian Pendidikan Dalam Pengembangan. Jakarta
: Prenada Media Group, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta, 2012.
Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Ujung Pandang: Unhas, 1997.
____________. Konsep Dasar Filsafat Ilmu
Pengetahuan. Ujung
Pandang: Program
Pascasarjana UNHAS, 1997.
Sukidin. dkk., Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Insan Cendekia, 2010.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2008.
Wang, Peiling. “Methodologies and Methods
for User Behavioral Research.” pada jurnal Annual Review of Information Science
and Technology. ARIST), vol. 34, 1999.
[1]Suharsimi
Arikunto, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), h. 99.
[2]Ibnu
Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Kuantitatif dalam Pendidikan (Jakarta: Grafindo Persada, 1999), h. 156.
[3]Sutrisno
Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta:
Andi Offset, 2004), h. 137.
[4]Moh.
Nasir, Metode Penelitian (Cet. IV; Jakarta:
Ghalia Indonesia,
2005), h. 149.
[5]Sugiyono,
Metode Penelitian Pendidikan (Bandung:
Alfa Beta, 2012), h. 39.
[6]B.
Sandjaja dan Albertus. Panduan Penelitian (Jakarta:
Prestasi Pustaka Raya, 2006), h. 84.
[7]Budiyono.
Metode Penelitian Pendidikan (Surakarta:
Sebelas Maret
University Press, 2003), h. 27.
[8]Budiyono.
Metode Penelitian Pendidikan, h. 29.
[9]Suharsimi
Arikunto, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, h. 116.
[10]Suharsimi Arikunto, Metode
Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, h. 123.
[11]Peiling Wang,
“Methodologies and Methods for User Behavioral Research.” pada jurnal Annual
Review of Information Science and Technology (ARIST), vol. 34, 1999), h.
56.
[12]Denzin dan Lincoln
(ed.), Hand Book of Qualitative Research (London: Sage Publication
Thousand Oaks, 1994), h. 107.
[13]Egon Guba, The Paradigm
of Dialog (London: Sage Publication Thousand Oaks, 1990), h. 18.
[14]Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu
Pengetahuan (Ujung Pandang: Unhas, 1997), h. 95.
[15]Suparlan Suhartono, Konsep
Dasar Filsafat Ilmu Pengetahuan (Ujung Pandang: Program Pascasarjana UNHAS,
1997), h. 6-7
[16]W.L. Neuman, Social
Research Methods; Qualitative and Quantitative Approaches (Boston: Pearson
Education Inc, 1997), h. 14.
[17]A. Alimul Hidayat, Metode Penelitian Kebidanan Dan
Tehnik Analisis Data (Surabaya:
Salemba, 2007), h. 73.
[18]L.N. Jewel dan Siegel
Marc, Psikologi Industri/Organisasi Modern, diterjemahkan oleh A.
Hadyana Pudjaatmaka dan Maetasari (Jakarta: Archan, 1998), h. 27.
[19]Koentrjaraningrat, Pengantar
Ilmu Antropologi (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), h. 23.
[20]Hasan Mustafa. Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia. 1997), h. 61.
[21]Sumadi Suryabrata, Metodologi
Penelitian (Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada, 2008), h. 52.
[22]Suharsimi Arikunto, Manajemen
Penelitian (Jakarta : Rineka
Cipta, 2000), h. 134.
[23]Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Kuantitatif dalam Pendidikan, h. 160.
[24]Sukidin, dkk., Manajemen
Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta
: Insan Cendekia, 2010), h. 100.
[25]Sutrisno Hadi, Metodologi
Research, h. 123.
[26]Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan
Dalam Pengembangan (Jakarta
: Prenada Media Group, 2012), h. 205.
No comments:
Post a Comment